PERANG KHANDAQ
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Sirah Nabawiyah
Yang
Diampu Oleh Imamul Huda M.Pd.I Guna Memperoleh Ketuntasan Belajar

Di susun Oleh :
Fatma Kholifatu Nur ‘Aziza
Nihayatul Istiyanah
S.Fatjriyah
Muta Arofah
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil
a’lamin, Puji syukur atas segala Rahmat, Taufiq, Hidayah maupun Inayah -Nya. Sholawat serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi akhirul zaman yakni Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhirat.
Amiin..
Penulis
berucap syukur kepada Allah atas segala limpahan nikmat sehat baik fisik,
maupun batin saya sehingga kami dapat berhasil menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ PERANG KHANDAQ ” sebagai tugas mata kuliah.
Tentunya makalah
ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk menjadikan makalah ini
lebih baik lagi. Demikian dan
jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Rabu, 23 November
2016
Penulis
I
DAFTAR ISI
Judul
Kata
pengantar I
Daftar
isi II
BAB
I Pendahuluan
I.
Latar
belakang 1
II.
Rumusan
masalah 2
III.
Tujuan
2
BAB
II Pembahasan 3
BAB
III Penutup
I.
Kesimpulan
19
II.
Saran
19
III.
Daftar
Pustaka 20
II
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Peristiwa ini terjadi pada tahun 5
H/627 M, Penduduk daerah Hijaz dan Najed bersepakat untuk Nabi Saw dibantu
dengan Bani Quraizhah dari kalangan Yahudi. Mereka semua mengumpulkan seluruh
pasukan yang mereka mampu. Terkumpullah sekitar sepuluh ribu orang dan mereka
berangkat ke Madinah. Tatkala, Nabi Saw mendengar hal itu, mereka pun menggali
parit mengelilingi Madinah. Kaum muslimin pun pergi menuju parit (bersiap-siap
di sekitar parit). Kaum musyrikin pun datang dan terkejut melihat strategi yang
dilakukan oleh kaum muslimin. Mereka pun tinggal mengepung Madinah pada
beberapa hari. Dan parit tersebut telah menghalangi mereka dari berkonfrontasi
dengan pasukan. Akan tetapi, tetap ada pertempuran kecil dengan panah
antarperorangan dari pasukan berkuda. Lalu, Allah Swt pun menakdirkan beberapa
sebab yang menhinakan kaum musyrikin. Mereka pun kembali ke rumah mereka dengan
tangan-tangan hampa, keinginan mereka tidak tercapai. Kemudian, Rasulullah Saw
menyelesaikan urusan beliau dengan Bani Quraizhah yang ikut campur tangan
membantu Quraisy dengan hasutan mereka untuk menghancurkan Madinah serta
bantuan mereka secara fisik dan pembatalan perjanjian mereka dengan Nabi Saw.
Rasulullah pun mengepung mereka. Hukum mereka pun diserahkan kepada Sa’ad bin
Mu’adz. Sa’ad bin Mu’adz pun memberikan hukuman kepada mereka dengan hukum
bunuh kepada orang-orang yang mampu berperang sedang anak-anaknya ditawan.
1
II.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sebab terjadinya perang khandaq ?
2.
Bagaimana
kisah dari perang khandaq ?
3.
Apa
saja hikmah dibalik perang khandaq ?
4.
Apa
kesan-kesan dari perang khandaq ?
III.
Tujuan
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui sebab terjadinya perang Khandaq.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui kisah dari perang Khandaq.
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui hikmah dibalik perang Khandaq.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui kesan dari perang Khandaq.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sebab
Terjadinya Perang Khandaq
Perang besar ketiga kaum Muslim adalah perang Khandaq atau dikenal
dengan sebutan perang Al-Ahzab yang terjadi pada bulan Syawal tahun kelima
Hijriyah. Tempatnya Di sekitar kota
Madinah, teristimewa di bagian utara penyebabnya peperangan Ahzab
(golongan-golongan) sebagai ditunjukkan oleh namanya itu adalah gabungan dari
golongan-golongan yang berkumpul dari sana sini, dengan maksud hendak menumpas
Islam dan Muslimin.[1]
Perang tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah islam.
Sebab, perang Khandaq menjadi penentu kelanjutan masa depan agama islam. Dalam
perang Khandaq, kaum Muslim mendapatkan berbagai cobaan yang sangat hebat. Hal
ini digambarkan secara gamblang dalam ayat berikut :
إِذْجَآءُوكُمْ مِّنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أسْفَلَ مِنْكُمْ
وَإِذْزَاغَتِ آلأَبْصَرُوَبَلَغَتِ آلْقُلُوبُ آلْحَنَاجِرَوَتَظُنُّونَ بِآللهِ
آلظُّنُونَآ هُنَالِكَ آبْتُلِىَ آلْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوازِلْزَالاًشَدِدًا
“(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu,
dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke
tenggorokan. Dan, kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam
purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya)
dengan guncangan yang sangat”. (QS.
Al-Ahzab [33]:10-11)
Dari ayat
tersebut, dapat kita lihat dengan jelas betapa dahsyat cobaan yang menimpa kaum
muslim. Namun, berbagai cobaan tersebut merupakan ujian dari Allah Swt bagi
kaum muslim. Adapun penyebab utama terjadinya perang Khandaq adalah hasutan
kaum Yahudi. Sebagian pemuka Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il datang kepada
bangsa Quraisy di Makkah. Mereka mengajak kaum Quraisy untuk memerangi
Rasulullah Saw. Sebelumnya, orang-orang Yahudi telah mencoba untuk berhadapan
dengan kaum muslim. Akan tetapi, mereka tidak mampu menandingi kekuatan kaum
muslim. Maka, utusan kaum Yahudi itu membujuk kaum Quraisy dengan berbagai
cara. Orang-orang yahudi berkata, “kami akan bersama-sama dengan kalian,
sehingga kita dapat menumpaskan Muhammad.”[2]
Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang dan
mereka segera mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian, utusan Yahudi itu
pergi ke Bani Ghatafan untuk menghasut mereka agar bersedia memerangi
Rasulullah Saw. Utusan kaum Yahudi pergi mengelilingi seluruh kabilah bangsa
Arab dan mengajukan rencana penyerbuan kota Madinah yang telah di sepakati oleh
kaum Quraisy. Hasutan yang di lancarkan oleh orang-orang Yahudi telah
menghasilkan perjanjian angkatan perang bersama antara kaum Yahudi, Quraisy,
dan Bani Ghatafan dalam satu kekuatan. Adapun perjanjian yang telah disepakati
oleh tiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Kaum
Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar selama setahun penuh.
2.
Kaum
Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu orang.
3.
Bani
Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4.
Pimpinan
tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan
Bani Ghatafan. Menurut keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah
sebagai usaha terakhir untuk menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan
Madinah, sesudah berlangsung sekian tahun lamanya. Karena itu, Abu Sufyan
mengumpulkan segenap kekuatan yang dapat di kumpulkannya.dan melakukan segala
macam tipu daya, dengan penghargaan agar usaha yang terakhir ini memberi hasil
yang gemilang.
Bukan kaum Quraisy sendiri yang menceburkan diri ke medan perang,
orang-orang Yahudi yang gigih dan degil itu juga ikut. Mereka datang dari
Khaibar untuk bersekutu dan menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari kedua
kekuatan yang telah bersekutu ini, ada golongan-golongan lain, terdiri atas
Bani Salim, Bani Asad, Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja yang menambah kekuatan
lawan kaum Muslimin. Kejadian inilah yang pertama kali dalam sejarah, tanah
Arab mempersaksikan lasykar yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu memanggul
senjata menyerbu kota Madinah.[3]
Rencana peperangan pun mulai disusun. Ketika Rasulullah Saw
mendengar berita akan terjadinya penyerbuan terhadap kota Madinah dan gabungan
pasukan sekutu untuk memerangi kaum muslimin, beliau menyuruh kaum muslim untuk
mengadakan persiapan perang. Dan, diputuskan pula untuk mengadakan pertahanan
di kota Madinah. Saat itu, jumlah tentara muslim hanya terkumpul sebanyak tiga
ribu orang. Dalam kesempatan itulah, Salman Al-Farisi mengisyaratkan agar
membuat parit di sekitar kota Madinah.
Salman berkata, “ya Rasulullah, dahulu ketika kami di Parsi,
jika takut akan serbuan tentara kuda, maka kami akan menggali parit di sekitar
kami.” Pendapat salman tersebut diterima baik oleh Rasulullah Saw, dan
dengan segera beliau memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di
sebelah barat daya Madinah, tempat yang di perkirakan sebagai tempat masuknya
musuh. Kemudian, Rasulullah Saw membagi tugas penggalian parit, setiap sepuluh
orang sahabat ditugaskan untuk menggali sepuluh hasta. Panjang parit itu
kira-kira lima ribu hasta, dalamnya sepuluh hasta, dan lebarnya sembilan
hasta.Setelah parit selesai dibuat, maka tugas pasukan muslim selanjutnya
adalah menunggu penyerbuan oleh tiga
kelompok sekutu musuh.[4]
Beberapa orang dari lasykar Quraisy mencoba mempertaruhkan nyawa
terjun hendak menyeberangi parit, tetapi tidak dapat, karena kaum Muslimin
menjaganya dengan kuat dan gigih. Seorang pahlawan Quraisy namanya Amr dapat
ditewaskan oleh Ali, yang seorang lagi yaitu Ikrimah ibnu Abu Jahil mencoba
pula hendak menyebrangi parit, tetapi dihalangi oleh Ali dan dikepunnya, karena
itu Ikrimah terpaksa kembali, melarikan diri.[5]
B.
Kisah
Perang Khandaq
Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/627 H. Pasukan muslim
berjumlah tiga ribu orang dibawah komando Nabi Muhammad Saw, dan pasukan sekutu
berjumlah sepuluh ribu orang dibawah komando Abu Sufyan. Peperangan ini terjadi
karena hasutan beberapa orang yahudi yang tidak puas dengan keputusan Nabi
Muhammad Saw. Mereka mengajak orang-orang kafir Quraisy bersatu memerangi Nabi
Muhammad Saw. Untuk membalas kekalahan pada perang Badar, kafir Quraisy pun
menerima tawaran tersebut. Setelah berhasil memengaruhi kaum kafir Quraisy,
orang-orang Yahudi juga mengajak kabilah lain, yaitu Ghatafan. Mereka pun
menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Muhammad Saw. Kabilah
Ghatafan dijanjikan harta rampasan perang dan pertanian di Khaibar jika
memperoleh kemenangan. Karena pasukan ini terdiri dari atas gabungan beberapa
kekuatan, pasukan ini disebut Ahzab (sekutu/gabungan).[6]
Suatu ketika bangsa Yahudi bekerja sama dengan kaum kafir Quraisy
untuk mngalahkan kaum muslim. Kedudukan Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya yang
saat itu berada di Madinah sudah sangat kuat, sehingga mereka perlu bekerja
sama untuk mengalahkannya. Maka, disusunlah suatu rencana bahwa mereka akan
menyerang kaum muslim yang ada di Madinah, dengan kekuatan pasukan sejumlah
sepuluh ribu prajurit, mereka siap menghancurkan Rasulullah Saw dan seluruh
pengikutnya.[7]
Berita itu sampai kepada Rasulullah Saw yang segera mengumpulkan
seluruh sahabatnya untuk berunding mencari cara menahan serangan tersebut.
Beliau ingin mempertahankan kota Madinah agar tidak dikuasai oleh kaum kafir.
Berbagai saran pun dilontarkan oleh orang-orang terbaik beliau. Namun, tidak
ada satu pun yang dapat memuaskan hati beliau. Akhirnya, Salman Al-Farisi
mengusulkan untuk membuat parit yang sangat dalam dan lebar di sekeliling kota Madinah
agar pasukan kaum kafir tidak dapat memasuki kota Madinah.[8]
Dalam hal ini Salman berkata “wahai Rasulullah, dulu jika kami,
orang-orang persia sedang dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami”
ini merupakan langkah yang sangat bijaksana yang sebelumnya tidak pernah
dikenal bangsa Arab. Rasulullah segera melaksanakan rencana itu.
Karena Madinah dikelilingi oleh gunung,tanah-tanah kasar yang
berbatuan, dan kebun-kebun kurma disegala sudutnya kecuali bagian utara pasukan
musuh sebanyak itu tentu akan menyerbu Madinah dari arah utara. Untuk itu parit
digali pada bagian ini. Kaum muslimin terus-menerus menggali parit tanpa henti
sepanjang siang, sedangkan pada sore harinya mereka pulang kerumah menemui
keluarga, hingga penggalian parit menjadi sempurna.[9]
Ternyata, usulan tersebut disetujui. Tanpa mengulur waktu, mereka
segera menggali parit di sekeliling Madinah. Parit itu begitu dalam dan sangat
lebar, sehingga akan sangat sulit bagi tentara musuh untuk melewatinya. Proses
penggalian parit itu begitu sulit dan sangat terburu-buru. Sebab, mereka
khawatir pasukan musuh segera datang menyerang. Oleh karena itu, setiap orang ikut membantu menggali, termasuk
Rasulullah Saw. Siang malam mereka terus menggali tanpa lelah, sehingga parit
itu akhirnya selesai sebelum tentara musuh menyerang.
Ribuan prajurit musuh akhirnya tiba. Mereka datang dengan peralatan
perang yang sangat lengkap dan siap menghancurkan kaum muslimin di Madinah.
Genderang perang telah di tabuh. Senjata pun sudah terhunus di tangan
masing-masing tentara, mereka pun berteriak mendekati kota Madinah. Namun,
alangkah terkejutnya mereka ketika melihat parit yang sangat dalam dan lebar
menghalangi langkah mereka. Setiap mereka berputar ke arah lain, mereka tidak menemukan
satu pun jalan yang bisa digunakan untuk memasuki Madinah. Semua terhalang oleh
parit yang sangat dalam. Sementara itu, pasukan muslim sudah bersiap siaga di
seberang parit. Setiap tentara kafir Quraisy mencoba menerobos masuk ke parit,
mereka langsung menyerangnya tanpa ampun. Anak panah berterbangan menghujam
mereka hingga akhirnya mereka harus mundur kembali. Begitu seterusnya, sungguh
suatu peperangan yang sangat melelahkan.
Dengan perasaan jengkel, mereka berteriak-teriak mengatakan bahwa
berlindung di balik parit seperti itu adalah perbuatan pengecut yang belum
pernah dilakukan orang Arab. Karena merasa tidak bisa menyeberangi parit,
pasukan Quraisy dan sekutunya mendirikan kemah di sekitar parit. Di pihak lain,
Muhammad berangkat bersama tiga ribu pasukan muslim lalu berkemah di bukit Sal
di dekat parit yang menjadi pembatas antara mereka dan pihak musuh. Di tempat
itulah Nabi mendirikan kemahnya yang berwarna merah. Kaum Quraisy dan
kabilah-kabilah Arab lain merasa tidak mungkin menerobos parit itu.[10]
Orang-orang musyrik hanya bisa berputar-putar di dekat parit dengan
kemarahan yang menggelegak. Mereka harus mencari-cari titik lemah yang bisa
dimanfaatkan. Orang-orang Muslim terus-menerus mengawasi gerakan musuh yang
berputar-putar di seberang parit sambil melemparkan anak panah agar mereka
tidak sampai mendekati parit bila mereka nekat akan menyeberang atau
menimbunnya dengan tanah lalu menjadikannya sebagai jalur penyeberangan.[11]
Dalam usaha melakukan serangan dengan melepaskan anak panah
tersebut, Sa’ad bin Mu’adz juga terkena hujaman anak panah hingga memutuskan
urat lengannya. Yang melepaskan anak panah hingga mengenainya adalah seorang
laki-laki dari Quraisy yang bernama Habban bin Qais bin Al-Ariqah. Saat itu
pula Sa’ad memanjatkan do’a, “ya Allah, engkau tahu bahwa tak seorang pun
yang lebih kau cintai daripada berjihad karena-Mu, melawan orang-orang yang
mendustakan Rasul-Mu dan yang telah mengusirnya. Ya Allah, aku mengira engkau
telah mengentikan peperangan antara kami dan mereka. Jika memang engkau masih
menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa
kehidupan kepadaku untuk mengahapi mereka, agar aku bisa memerangi mereka
karena-Mu. Jika memang engkau sudah menghentikan peperangan, kobarkanlahlah
lagi peperangan itu agar aku bisa mati dalam peperangan”. pada akhir doanya
dia berkata, “janganlah engkau mematikan aku hingga aku merasa senang
setelah memerangi Bani Quraizhah”.[12]
Dalam perang ini tidak terjadi baku hantam karena kedua pasukan di
pisahkan oleh parit pertahanan. Yang terjadi hanya perang tanding antara
beberapa orang kafir dan muslim. Dalam perang tanding itu, Ali bin Abu Thalib
berhasil membunuh Amr bin Abdul Wudd bin Abi Qais. Umat islam terkepung oleh
pasukan sekutu selama satu bulan meski pun tanpa kontak senjata yang berarti.
Kesengsaraan ini bertambah ketika Bani Quraizhah membatalkan perjanjian dengan
Nabi Muhammad Saw. Atas bujukan Huyyay bin Akhtab. Dengan membelotnya Bani Quraizhah,
akan menghambat suplai makanan bagi kaum muslim.[13]
Pada saat orang-orang Muslim menghadapi situasi perang yang amat
keras ini, ular-ular berbisa yang biasa dilakukan konspirasi dan berkhianat
sedang menggeliat di dalam lubangnya, siap menyemburkan bisanya ke tubuh
orang-orang Muslim. Tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai bin Akhthab) datang ke
perkampungan Bani Quraizhah. Dia menemui Ka’ab bin Asad Al-Qurazhi, pemimpin
Bani Quraizhah, sekutu dan rekannya. Padahal, dia sudah membuat perjanjian
dengan Rasulullah Saw untuk tidak menolong siapapun yang hendak memerangi
beliau.[14]
Pasukan muslim yang tidak memiliki pasukan sebanyak pasukan kafir
sudah menerapkan cara berperang yang jitu. Mereka bisa menahan serangan dengan
perlahan-lahan, tanpa perlu berhadapan langsung dengan ribuan pasukan kafir
yang siap menghancurkan Madinah. Peperangan ini berlangsung selama tiga minggu
tanpa henti. Siang dan malam, kaum Quraisy selalu berusaha untuk menerobos dan
kaum muslimin selalu menggagalkannya. Rasa lelah pun mendera kaum muslim,
apabila kaum Quraisy dapat melakukan serangan secara bergantian, kaum muslim
hanya bisa mengandalkan prajurit-prajurit yang ada. Semua itu sudah menguras
tenaga dan pikiran mereka. Melihat hal tersebut, Rasulullah Saw merasa iba dan
bangga atas keteguhan dan ketakwaan mereka. Namun, kekuatan itu ada batasnya.
beliau khawatir pada saat pasukannya kelelahan, musuh akan menyerang kembali.
Maka, beliau pun mengajak mereka untuk memohon pertolongan dan perlindungan
demi keselamatan mereka agar masa depan islam tetap dapat dipertahankan.[15]
Karena terlalu sibuk menghalau orang-orang musyrik yang berusaha
menyeberang parit, beberapa shalat fardhu tidak sempat dikerjakan Rasulullah
Saw dan kaum Muslimin. Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari jabir
bahwa Umar Bin Khatab muncul pada waktu perang khandaq. Lalu dia terus-menerus
mengolok-olok orang-orang kafir Quraisy. Dia berkata, “wahai Rasulullah Saw
hampir saja aku lupa tidak mengerjakan shalat (asar), padahal matahari hampir
terbenam”. Beliau menjawab, “aku pun belum mengerjakannya”. Kemudian
kami turun membawa alat pembuat tepung. Beliau wudhu dan begitu juga kami.
Beliau shalat asar setelah matahari terbenam. Setelah itu langsung disusul
dengan shalat Maghrib. Nabi Saw merasa menyesal karena tidak bisa menunaikan
beberapa shalat. Bahkan, beliau mendoakan kebinasaan bagi orang-orang musyrik.
Karena gara-gara merekalah shalat beliau tidak sempat dilaksanakan. Di dalam
riwayat Al Bukhari dari Ali dari Nabi Saw, beliau bersabda pada waktu perang
khandaq, “semoga Allah memenuhi rumah dan kuburan mereka dengan api,
sebagaimana mereka telah membuat kita sibuk dan tidak sempat mendirikan shalat
Asar hingga matahari terbenam”. Di dalam Musnad Ahmad dan Asy-Syafi’i
disebutkan bahwa orang-orang musyrik itu membuat mereka sibuk hingga tak sempat
mendirikan shalat Zuhur,Asar,Maghrib dan Isya’. Lalu beliau mengerjakan semua
shalat itu secara sekaligus. An-Nawawi mengatakan, “cara mengompromikan dua
riwayat yang berbeda ini, bahwa perang khandaq berjalan selama beberapa hari,
jamak yang pertama (Maghrib dan Isya’) dilakukan pada satu kesempatan,
sedangkan jamak yang kedua (Zuhur,Asar,Maghrib,Isya’) dilakukan pada kesempatan
lain lagi”.[16]
Lama juga Ahzab mengepung kota Madinah tanpa mendapat hasil,
akhirnya banyaklah desas desus yang terjadi dalam barisan sekutu. Mereka datang
ke tempat itu untuk menindas dan menumpas kaum Muslimin. Sementara itu angin
besar berembus dengan derasnya, diikuti oleh hujan yang amat lebar .[17] sehingga
membuat semua prajurit kedua pasukan menggigil kedinginan. Malam pun turun
dengan gelapnya, sehingga mereka tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya.
Mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Bahkan, tidak ada sedikit pun
penerangan yang bisa dinyalakan. Angin memadamkan setiap api yang dinyalakan.
Mereka tidak dapat bergerak dalam dingin dan gelapnya malam.
Maka terjadilah keretakan dalam kumpulan pasukan sekutu dan
keluarlah bermacam-macam perintah yang bertentangan satu sama lain. Di antara
mereka timbul persaingan dan ketegangan. Abu Sufyan menganggap dirinya sebagai
panglima tertinggi tentara sekutu itu. Tetapi kewibawaan apa yang ada padanya,
jika ia belagak membawahi pahlawan-pahlawan Quraisy yang ternama ini ? seperti
Thulaihah ibnu Khuwailid, Uyainah ibnu Hishn, Al Haris ibnu ‘Auf dan
panglima-panglima lain yang mengambil bagian dalam peperangan itu, memimpin
kelompoknya masing-masing. Hampir saja timbul perselisihan, teristimewa
diantara mereka yang tidak mempunyai kepentingan yang sesungguhnya dalam
peperangan ini. Menurut kenyataan hanya Quraisy dan orang-orang yahudilah yang
sebenarnya mempunyai hasrat untuk menindas dan menumpas islam di Madinah. [18]
Huyai ibnu Ahtab telah melihat tanda bahwa pepecahan mungkin
terjadi dalam barisan Al Ahzab itu. Ia ingin supaya kaum Muslimin secepatnya
dapat dipukul hancur. Maka didatanginya Ka’ab ibnu Asad pemimpin Bani
Quraizhah, untuk membujuknya supaya menggabungkan diri dan mengambil kesempatan
terakhir menghancurkan kaum Muslimin. Dikatakannya sekali ini kaum Muslimin tak
dapat dihancurkan, niscaya mereka akan bertambah kuat. Bujukan Huyai ini
diterima oleh Ka’ab, maka dikhianatinya perjanjian yang telah dibuatnya dengan
Rasulullah. Amat besarlah cobaan yang menimpa kaum Muslimin dewasa itu.
Tuhan sendiri telah menggambarkan cobaan itu dalam Firman-Nya :
اِذْجَآءُوْكُمْ
مِّنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ اَسْفَلَ مِنْكُمْ وَاِذْزَاغَتِ الاَبْصَارُوَبَلَغَتِ
القُلُوْبُ اْلحَنَاجِرَ (الأحزاب.)
“yaitu tatkala musuh-musuh itu menyerang kamu dari sebelah atas
lembah dan dari sebelah bawah, dan tatkala matamu tiada berkisar lagi dari
musuh-musuhmu itu, seolah-olah jantungmu telah naik sampai ke tenggorokan” (Al Ahzab 10 )
Di waktu kaum Muslimin sedang dalam keadaan yang amat genting dan
menyedihkan itu, terjadilah suatu peristiwa yang dapat di pandang sebagai suatu
pertanda bagi kemenangan, yaitu peristiwa Nu’aim ibnu Mas’ud. Nu’aim ibnu
Mas’ud ini adalah seorang pemimpin Arab. Dia telah memeluk agama islam, dan
datang menghadap Rasulullah untuk memberitahukan keislamannya. Ditawarkannya
bahwa dia bersedia mengerjakan apa saja yang ditugaskan kepadanya untuk ikut
mengambil bagian dalam mempertahankan dan membela kota Madinah. Rasulullah
meminta kepadanya supaya ia menyembunyikan keislamannya. Kemudian Nabi berkata
kepadanya :”cobalah sebarkan bibit perpecahan ke dalam pasukan sekutu itu,
sehingga mereka meninggalkan kita Peperangan itu adalah tipu muslihat”. Anjuran
Nabi ini diterima oleh Nu’aim maka pergilah dia menemui Bani Quraizhah. Katanya
kepada Bani Quraizhah : “ sekiranya kaum Quraisy itu karena sesuatu sebab
kembali ke Makkah, kaum akan mendapat pembalasan yang seganas-ganasnya dari
kaum Muslimin, oleh karena itu, kaum harus meminta kepastian kepada Quraisy
bahwa mereka tidak akan meninggalkan dan membiarkan kamu sendirian menghadapi
kaum Muslimin. Desaklah mereka supaya memberikan beberapa orang pemimpin mereka
sebagai sandera kepada kamu”. Kemudian Nu’aim pergi menemui Quraisy. Kepada
Quraisy dikatakannya bahwa Bani Quraizhah secara rahasia telah mengadakan
perdamaian dengan Muhammad. Mereka akan meminta beberapa orang pemimpin Quraisy
sebagai sandera yang akan diberikannya kepada Muhammad. Lalu Nu’aim
mengingatkan kepada Quraisy agar berhati-hati kepada makar dan tipu daya
orang-orang Yahudi. Tidak lama kemudian datanglah orang-orang Yahudi Bani
Quraizhah kepada Quraisy, meminta agar pemimpin-pemim[in Quraisy diberikan
kepada mereka sebagai sandera. Mendengar perkataan itu, yakinlah Quraisy akan
apa yang dikatakan Nu’aim permintaan Bani Quraizhah ini ditolak mentah-mentah
oleh Quraisy. Hal ini menimbulkan kecurigaan pada Bani Quraizhah maka yakinlah
mereka bahwa Quraisy tidak berhati jujur kepada mereka. Timbullah keretakan dan
permusuhan dalam barisan orang-orang yang bersekutu itu. Hal ini menjadi
pertanda bahwa mereka akan menjumpai kegagalan. [19]
Pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa datang, yaitu pertolongan
yang diceritakan oleh al Quranul karim, dalam firman-Nya :
يَأَيُّهَاآلَّذِيْنَ
أَمَنُواآذْكُرُوانِعْمَةَآللهِ عَلَيْكُمْ إِذْجَآءَتْكُمْ
جُنُودٌفَأَرْسَلْنَاعَلَيْهِمْ رِيحًاوَجُنُدًالَّمْ تَرَوْهَا
وَكَانَ اللهُ
بِمَاتَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًا
“wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah bagimu,
ketika balatentara datang hendak menyerangmu, lalu kami kirim kepada mereka
angi badai dan balatentara yang tiada kelihatan olehmu”.
Firman-Nya lagi :
وَرَدَّاللهُ الّذِيْنَ كَفَرُوْابِغَيْظِهِمْ لَمْ
يَنَالَوْاخَيْرًاوَكَفَى اللهُ المُؤْمِنِيْنَ القِتَالَ وَكَانَ اللهُ
قَوِيًّاعَزِيْزًا
“dan dienyahkanlah oleh Allah orang-orang kafir itu dengan penuh
keberagaman dalam dada mereka, disebabkan mereka tiada mencapai suatu
kebaikanpun, dan tuhan telah menghindarkan orang-orang yang Mukmin dari
peperangan. allah itu maha kuat lagi maha perkasa”. ( Al Ahzab 25)
Hingga firman-Nya :
وَأَوْرَثَكُمْ
أَرْضَهُمْ وَدِيَرَهُمْ وَأمْوَلَهُمْ وَأرْضًالَّمْ تَطَؤُهَاوَكَانَ آللهُ
عَلَى كُلِّ شَئٍ قَدِيرًا
“dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah,rumah-rumah dan harta
benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak, dan Allah Maha
Kuasa terhadap segala sesuatu.”
(Al-Ahzab:27)[20]
Dua puluh hari
lamanya mereka berperang dengan tentara kaum Muslimlin, tetapi mereka menyerbu
kota Madinah, sehingga serangan itu tidak nampak hasilnya. Rupanya timbul
perselisihan di dalam kalangan mereka sama mereka, musyrikin,yahudi, sehingga
penyerangan itu gagal, karena kehilangan persatuan diantara mereka[21]
Angin yang dikirim
Allah itu adalah angin badai yang amat deras. Angin ini telah menumpahkan
periuk-periuk mereka yang sedang terjerang, merobohkan kemah-kemah yang mereka
dirikan, dan menyebarkan debu dan pasir ke dalam mata dan kerongkongan mereka.
Pendeknya angin ini merupakan suatu tenaga raksasa yang menghancurkan dan
mematikan, yang tak dapat mereka lawan, walau bagaimana jugapun. Mereka
mengambil keputusan melarikan diri, dengan merasa gagal dan putu asa.[22]
Pada kesempatan itu,
Rasulullah Saw berbicara dengan Hudaifah yang menjadi mata-mata kaum muslim
yang diperintah oleh Rasulullah Saw untuk mengetahui keadaan musuh. Saat itu,
beliau kembali memerintahkan Hudaifah untuk mencari informasi tentang keadaan
musuh yang masih berada disekitar parit, diluar kota Madinah Hudaifah pun
mengerjakan perintah tersebut. Dalam dinginnya malam yang gelap, ia berangkat
menyusup ke tengah pasukan musuh. Suasana gelap sudah menyelamatkan Hudaifah,
sehingga ia bisa leluasa masuk ke tengah-tengah pasukan Quraisy. Allah Swt
telah memberikan pertolongan-Nya kepada kaum muslim, sehingga mata-mata mereka
dapat menyusup dengan mudahnya dan tidak terlihat. Begitu tiba di tengah-tengah
pasukan kafir, tiba-tiba Hudaifah mendengar suara yang sangat berwibawa. “wahai
kaum Quraisy, sudah tiga minggu kita berada disini dan tidak sedikit pun kita
bisa menembus pertahanan pasukan Muhammad. Mereka sudah menggali parit yang
sangat dalam dan lebar sehingga kita begitu sulit menerobos kedalam kota.
Sekarang, lebih baik kita bersiap-siap untuk pulang kembali ke Makkah!”
kata Abu Sufyan dengan lantang. Akhirnya, berita menggembirakan itu disampaikan
oleh Hudaifah kepada Rasulullah Saw dan di sambut dengan rasa gembira oleh kaum
muslim.
Siang hari itu Abu Sufyan dan para pemimpin Quraisy lainnya dilanda
kegelisahan luar biasa. Mereka ingin menyerang Madinah tapi ragu-ragu, mereka
ingin pulang tapi merasa keberatan jika pasukan yang sudah terhimpun sangat
banyak itu harus bubar.ditengah-tengah embus angin yang masih kencang menerjang
pasukan Quraisy pulang membawa apa pun yang bisa mereka bawa,kemudian diikuti
pasukan Ghatafan,lalu kabilah-kabilah lainnya.[23]
Inilah akhir dari perang
Khandaq, dimana pasukan muslim tampil sebagai pemenang dalam pertempuran
tersebut. Meskipun tidak sampai bertempur secara fisik, namun pasukan Quraisy
mengakui kehebatan pasukan muslim sehingga mereka menyerah dan mundur.[24]
Setelah pasukan sekutu pulang, Muhammad kembali merenungkan
peristiwa besar yang baru saja dilalui kaum muslim. Namun, beliau berpikir
bahwa bisa saja kelak kaum Yahudi kembali berkhianat dan memicu terjadinya
peristiwa mengerikan seperti kemarin. Jadi, atas pengkhiatan itu, Bani
Quraizhah harus dibeli pelajaran. ternyata Bani Quraizhah termasuk Huyay Ibn
Akhtab dari Bani Nadhir, tidak belajar dari pengalaman. Mereka masih
memaki,mengecam,dan menghina Rasulullah. Mereka mendustakannya dan berusaha
mencemarkan kehormatan istrinya, semestinya mereka berupaya meraih hati
Muhammad agar tidak menimpakan bencana yang lebih menyakitkan dibanding yang
dialami Bani Nadhir.Bani Quraizhah dikepung oleh pasukan muslimin selama 25
hari. Akhirnya, Bani Quraizhah diusir dari Madinah. Bagi yang terlibat dalam
pemboikotan, dijatuhi hukuman mati, sedangkan wanita dan anak-anak dijadikan
tawanan. Adapun harta mereka menjadi rampasan perang.[25]
C.
Hikmah
Dibalik Perang Khandaq
Ada beberapa pelajaran atau hikmah berharga dari peristiwa perang
khandaq, antara lain sebagai berikut :
1.
Menghadapi
pasukan besar,kuat, dan bersenjata canggih, umat islam harus berfikir kreatif
dan tidak frontal.
2.
Inovasi
baru yang diperkenalkan Salman dari Iran mengharuskan umat islam sekarang
meminjam teknologi dan bantuan pengetahuan dari bangsa lain.
3.
Kelompok
umat islam dalam membangun parit adalah simbol semangat persatuan di kalangan
umat islam. Semangat semacam ini, sepatutnya harus dipertahankan dan di
lestarikan oleh masyarakat muslim di era modern saat ini.
4.
Soloditas
umat menjadikan kekuatan 10.000 tentara yang siap tempur tidak berdaya.
5.
Pengkhianat
dari kaum Yahudi akhirnya dihukum, hati-hati terhadap tusukan dari belakang.[26]
D.
Kesan-kesan
peperangan ini
Karena
peperangan Ahzab ini kaum muslimin telah menderita berbagai macam kesukaran.
Mereka telah menderita letih dan lapar, akibat dari kepungan musuh dan waktu
yang lama. Sesudah peperangan Ahzab, taktik Rasulullah Saw berubah. Dalam
peperangan Ahzab dan peperangan sebelumnya Rasulullah memakai taktik
mempertahankan diri. Taktik mempertahankan diri ini hampir saja mengakibatkan
kehancuran kaum Muslimin. Tetapi, untuk memakai taktik menyerang Rasulullah
belum mau melakukannya, karena belum mendapat keizinan dari Allah. Rasulullah
memakai taktik baru yang dalam bidang ketentaraan terkenal dengan sebutan
“menyerang untuk membela diri (Ad Difa’ul Hujumy)”. Sekarang Nabi sudah mulai
menyerang kesatuan-kesatuan musuh, jika mereka telah berkumpul dan bersiap-siap
akan menyerang kaum Muslimin. Taktik inilah yang dilakukan kaum Muslimin dalam
peperangan yang terjadi kemudian.[27]
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Perang Khandaq terjadi pada tahun kelima Hijriyah. Perang ini
berawal dari kaum Yahudi yang melanggar perjanjian perdamaian dengan umat
Islam. Mereka bergabung dengan kaum kafir Quraisy. Jumlah pasukan musuh
seluruhnya mencapai 10.000 orang. Sedangkan Nabi hanya dapat mengumpulkan
sebanyak 2000 prajurit muslim. Sesuai saran Salman Al-Farisi, kaum Muslimin
menggali parit untuk lubang perlindungan, sekalipun jumlah tentara musuh lima
kali lipat lebih besar, namun berkat pertolongan Allah kaum Muslimin dapat
memenangkan peperangan. upaya yang dilakukan orang-orang musyrik untuk
menyeberangi parit dan upaya kaum Muslimin menahan mereka berjalan hingga
beberapa hari. Karena ada parit yang menghalangi kedua pasukan, tidak sampai
terjadi pertempuran dan adu senjata secara langsung. Peperangan terbatas hanya
dengan melepaskan anak panah. Meski demikian, ada beberapa orang dari kedua
belah pihak yang menjadi korban, yaitu enam orang dari kaum Muslimin dan
sepuluh orang kaum Musyrikin. Disamping itu ada satu atau dua orang yang
terbunuh karena tebasan pedang. dalam perang ini, 700 orang lelaki Bani
Quraizhah dihukum bunuh oleh tentara muslim karena dosa mereka yang besar
sekali. Maka berakhirlah riwayat bangsa Yahudi di Madinah. Mereka banyak yang
pindah ke Syiria dan Khaibar.
II. Saran
Membaca kisah sejarah itu sangat
menarik, karena merupakan peristiwa atau kejadian penting yang dicatat dalam
sejarah dan benar-benar terjadi di masa lampau. Mempelajari kisah sejarah akan
memperluas cakrawala pengetahuan kita, sehingga kita semakin bijak dalam
menyikapi hidup. Semoga, dengan membaca kisah-kisah sejarah tersebut, kita
dapat memetik hikmah dari peristiwa tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Putra ,Sitiatava Rizema.Perang-perang dalam Sejarah Islam.Jogjakarta:IRCiSoD.2014
As-Sa’ady,Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Mutiara Hikmah dari
Kisah Para Nabi.tegal:Ash-Shaf media.2006
Abqary, Ridwan.99 Kisah Menakjubkan Dalam Al-Qur’an.Bandung:DAR!
Mizan.2009
Al-Mubarakfuri,Syaikh Shafiyyurrahman.Ar-Rahiq Al-Makhtum.
Jakarta timur:Ummul Qura.2013
Haekal,Muhammad Husain.Sejarah Hidup Muhammad.Mesir:Pustaka
Akhlak.2015
Wahid, N. Abbas, dkk.Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam.Solo:PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.2009
Syalabi.Sejarah Kebudayaan Islam.Jakata : PT. Pustaka Al
Husna Baru.2003
Hamka.Sejarah
Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1975
20
[3] Prof. Dr. A.
Syalabi.Sejarah Kebudayaan...Hlm.156
[5] Prof. Dr. A.
Syalabi.Sejarah Kebudayaan...Hlm.157
[6] N. Abbas Wahid
dan Suratno.Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam.Solo:PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.2009.Hlm.15
[7] Ridwan Abqary.99
Kisah Menakjubkan Dalam Al-Qur’an.Bandung:DAR! Mizan.2009.Hlm.16
6
[8] Sitiatava
Rizema Putra.Perang-perang...Hlm.51
[9] Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta timur:Ummul
Qura.2013.Hlm.544-548
7
[10] Muhammad
Husain Haekal.Sejarah Hidup Muhammad.Mesir:Pustaka Akhlak.2015.Hlm.
510-512
[12] Ibnu Hisyam.As-Sirah
An-Nabawiyyah.II/337
[14] Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.Ar-Rahiq...Hlm.552
[16] Syaikh
Abdullah An-Najdi.Mukhtashar Siratur Rasul.Hlm.287.An-Nawawi.Syarh
Muslim.1/2277
[20] Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sa’ady. Mutiara Hikmah dari Kisah Para Nabi.tegal:Ash-Shaf
media.2006.Hlm.309
14
[21] Hamka.Sejarah
Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.1975.Hlm 167-168
[23] Muhammad
Husain Haekal.Sejarah Hidup Muhammad.Hlm 522-523
[24] Sitiatava
Rizema Putra.Perang-perang...Hlm.54-55
Mantap gan
BalasHapusUraiannya sangat lengkap 👍
BalasHapusLucky 7 Casino in San Diego, CA - Mapyro
BalasHapusWelcome to Lucky 7 Casino, the place to be if you want to get a 오래된 토토 사이트 better feel 서귀포 출장마사지 of 김해 출장안마 the excitement 영주 출장마사지 and excitement of San Diego's 충청북도 출장마사지 gambling industry. Rating: 2 · 6 votes